Monday, April 21, 2014

Kemudian, dia

Waktu terus berlalu seperti perjalanan becak hari itu. Melaju kencang lalu diam. Tenggelam di antara awan-awan putih yang berarak digantikan awan-awan hitam dan seterusnya. Satu tahun pun berlalu tanpa terasa. Selama setahun itu, aku berusaha menyibukkan diri sebisaku. Aku ikuti organisasi-organisasi yang ada. Aku juga mengikuti lomba-lomba dan berbagai macam hal lain untuk memadatkan jadwalku. Memang begitu keinginanku semenjak di Melaka. Dengan menyibukkan diri, aku menjadi kurang memikirkan hal-hal tidak penting. Agar dahulu tidak terulang lagi.

Aku bertemu dengannya pada tahun ini.

Tahun ini, ada sedikit keributan menyebar di kalangan anak-anak. "Kelas kita diacak !" Kemudian, diikuti bisik-bisik dan dengusan ketidakpuasan mereka. "Beneran? Gimana sih? Padahal kita udah kayak keluarga. Udah setahun kita bersama, masak mau dipisah". Aku sebagai anak baru memang tidak terlalu perhatian tentang hal itu. "Padahal dulu kata gurunya, kelas bilingual nggak diacak lho. Cuma yang reguler aja! Sebel!" "Gimana nih? Lapor ke ortu kita aja yuk" Zzz.

Beberapa hari kemudian, ada papan diletakkan di halaman sekolah tepat di depan koridor utama sekolah. Sebelas Ipa Satu. Tercantum namaku di kertas itu. Aku tidak sendirian. Banyak dari teman-teman dekatku di kelas juga tercantum di situ. Aku tersenyum lega.

...................

Tahun ajaran baru di ingatanku seperti blur. Buram. Tak berwarna. Samar kuingat persiapan MOS, teman-temanku yang mengikuti OSIS dan PASKIBRA menjadi pendamping adik-adik kelas. Samar juga kuingat adik-adik kelas yang berlari kesana kemari membawa tas dari karton di punggung mereka. Ada yang masih lugu, ada juga yang malah kelihatan lebih tua dariku. Juga menjadi Master of Ceremony bagi promosi kelas Bilingual bersama temanku Ayu, yang ke depannya ternyata tali nasib kita saling bertaut, menyukai orang yang sama. Samar juga kuingat hari pertama masuk ke kelas itu. Dia. Aku lupa bagaimana pertama kali aku bertemu dia.

Sebenarnya agak menyenangkan. Berkenalan dengan guru-guru baru. Teman-teman baruku di kelas juga ramai dan lucu. Nah, seperti yang aku katakan tadi, aku dan Ayu menyukai orang yang sama. Tapi, bukan "dia" yang kumaksud. Karena ceritaku dengan dia lumayan rumit. Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku menyukainya atau tidak. Sementara laki-laki ini, aku berikan samaran Mr. Sunflower. Nah, Mr. Sunflower ini sejak hari pertama telah melekat di pikiranku. Dan, seterusnya tumbuh perasaan di dalam hatiku. Dia baik, peramah dan juga tampan. Walaupun mungkin, jika dibandingkan dengan dia, Mr. Sunflower masih kalah jauh. Tapi, Mr. Sunflower lucu dan juga seorang pemain sepak bola. Tambahan lagi, Mr. Sunflower laki-laki yang pintar.

Sementara dia. Dia tenggelam di keriuhan Sebelas Ipa Satu itu, yang seperti awan-awan hitam dan putih. Dialah sang waktu, berhenti dan berlari. Untuk dia. Aku tidak pernah merasakan apa-apa. Aku lupa apa first impression ku, maupun first conversation ku. Mungkin saat aku bertemu dengannya, waktu sedang terbebas keluar dari toples. melejit sekencang-kencangnya dan nyaris menghilang. Bagaimanakah pertama kali kamu melihat aku? Hanya Tuhan saja yang tahu.

No comments:

Post a Comment

 
Back to Top